Menilik
sejarahnya, boling dikenal di Kerajaan Mesir Kuno sejak peradaban
sebelum Masehi. Di Indonesia sendiri, boling sebagai sarana olahraga
terkenal pada 1950-an, yang dimotori para karyawan perusahaan minyak
Amerika. Berangkat dari gaya hidup pekerja minyak itulah akhirnya
bermunculan pusat olahraga boling untuk umum.
Dan
kini, melihat semakin meningkatnya jumlah penggemar boling, para
pemodal beramai-ramai meliriknya sebagai bisnis baru yang menjanjikan:
boling sebagai olahraga sekaligus hiburan, terutama di pusat-pusat
perbelanjaan. Beberapa tahun lalu, boling pernah menjadi primadona di
kalangan pencinta olahraga. Pada tahun 1980-an, bermunculan
tempat-tempat boling seperti di Ancol (Jakarta Utara), Hotel Kartika
Chandra, Aldiron di kawasan Blok M (Jakarta Selatan), serta Monas
(Jakarta Pusat). Namun, memasuki tahun 1985, boling seolah lenyap tak
berbekas. Kalaupun ada, hanya tinggal di Ancol dan Blok M. Itu pun
bermodalkan mesin kuno.
Hal
lain yang tak mungkin luput menjadi perhatiannya adalah fasilitas
cosmic bowling. Permainan boling di malam hari ini terbilang cukup
banyak penggemarnya, sehingga PIN memberikan layanan tersendiri yang
lebih seru. Bukan hanya lampu lintasan yang nantinya akan menyala,
melainkan pula gugusan pin-pin yang siap dihantam para peboling itu.
Maklum,
ini sudah menjadi tempat gaul, bukan lagi sarana olahraga semata,
berkilah. Karena itulah, restoran, kafe, serta permainan biliar yang ada
di dalamnya bisa dijadikan alat untuk menjaring fun bowler sekaligus
konsumen baru, macam pasangan muda-mudi tadi.
Tiap hari, ada saja muda-mudi ABG ke arena sewa tempat olahraga ini,sekedar untuk mencari makanan ringan di dalamnya, sekalipun hanya untuk kongkow, bukan berniat serius bermain boling
Sumber - sinarharapan
No comments:
Post a Comment